Jumat, 04 Juni 2010

Perkembangan setiap orang dalam gaya, logika dan pola pikir berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Ketiga hal tersebut sangat kuat dipengaruhi oleh kemampuan dan kesadaran setiap individu untuk mengimprovisasi dan menggali potensi dirinya, pun oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya.

Seperti misal adalah tontonan yang dilihat di televisi; sebagian orang mengikuti acara yang dapat menambah wawasannya dan mengembangkan kecerdasannya. Ia mendapat manfaat dari pengalaman orang lain melalui acara-acara dialog, talk show, operah, dan diskusi atau yang sejenisnya. Dari situ ia akan mendapatkan wawasan yang mengagumkan dalam berdiskusi, gaya berkomunikasi, pemahaman, kemampuan berdebat dan teknik meyakinkan lawan bicara (nego). Lain halnya dengan mereka yang nyaris tidak pernah absen untuk mengikuti sinetron-sinetron yang berisi kisah cinta yang gagal, drama yang emosional, fil horror yang menyeramkan, atau film-film fiksi murahan yang tidak realistis.

Perhatikan..!!

Mari kita lihat kondisi kelompok pertama dengan kelompok kedua 5 atau 10 tahun yang akan datang. Siapa yang lebih berkembang keahliannya dan kemampuannya dalam menguasai masalah, wawasan intelektualnya, kemampuan komunikasinya dan caranya menyikapi setiap kejadian? Pasti kelompok pertama. Bagaimana dampaknya…? Berikut contoh kisahnya:

Diilustrasikan bahwa si A adalah orang yang sangat bersemangat, tetapi ia tidak memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik. Suatu hari ia keluar dari rumahnya menuju masjid untuk mengikuti sholat Dzhuhur. Ia didorong oleh ketekunannya dalam menunaikan sholat dan rasa hormatnya kepada agama. Ia selalu mempercepat langkah-langkahnya karena khawatir sholat sudah dimulai sebelum ia tiba di masjid. Di tengah jalan ia melihat pohon kurma yang di atasnya ada seorang laki-laki yang berpakaian kerja dan sibuk mengurus kurma. Si A terheran-heran. Siapa yang tidak memperhatikan sholat ini. Seolah-oleh orang itu tidak pernah mendengar adzan.

Lalu dengan nada marah si A berkata, “Hey, turunlah untuk sholat.”

Dengan nada dingin laki-laki itu menjawab, “Baik-baik”

Si A, “Cepat. Ayo sholat, keledai..!!”

Laki-laki itu memekik, “Aku keledai !??”

Lantas ia mencabut pelepah kurma dan turun untuk mengoyak kepala si A. Si A segera menutupi wajahnya dengan ujung bajunya agar tidak dikenali oleh laki-laki tersebut. Dan ia pun bergegas ke masjid.

Laki-laki itu turun dari pohon kurma sambil marah-marah. Lalu ia pulang ke rumahnya utuk sholat dan istirahat sejenak. Kemudian ia kembali ke pohon kurmanya untuk melanjutkan pekerjaannya.

Waktu Ashar tiba, dan si A pun berangkat ke masjid. Ia melewati pohon kurma itu dan ternyata laki-laki itu ada di atasnya. Lalu si A mengubah gaya interaksinya.

Si A : “Assalamu’alaikum. Apa kabar?”

Laki-laki : “Alhamdulillah, baik”

Si A : “Syukurlah. Bagaimana buahnya tahun ini?”

Laki-laki : “Alhamdulillah”

Si A : “Mudah-mudahan Alloh berkenan member anda pertolongan dan rezeki yang banyak. Dan mudah-mudahan adan mendapatkan pahala dari usaha dan kerja keras anda untuk anak-anak anda.”

Laki-laki itu gembira sekali mendengar do’a tersebut. Ia pun mengamini doa itu dan berterima kasih.

Lalu si A berkata, “Tapi tampaknya anda terlalu sibuk sehingga tidak memperhatikan adzan Ashar. Adzan Ashar sudah dikumandangkan, dan sebentar lagi iqomat. Sebaiknya anda turun untuk beristirahat dan menunaikan sholat. Setelah sholat, lanjutkan pekerjaan anda. Semoga Alloh berkenan menjaga kesehatan anda.”

Laki-laki itu menjawab, “Insya Alloh..Insya Alloh..”

Dan ia pun uturn secara perlahan. Kemudian ia menghampiri si A dan menjabat tangannya dengan hangat. Dan ia pun berkata, “Terima kasih atas akhlak yang mengagumkan ini. Sedangkan orang yang bertemu denganku waktu Dzhuhur tadi, seandainya aku bisa melihatny, niscaya aku akan memberinya pelajaran.”

“KEAHLIAN KITA DALAM BERGAUL DENGAN ORANG LAIN AKAN MENJADI DASAR BAGI ORANG LAIN UNTUK BERGAUL DENGAN KITA”

Madiun, 4 Juni 2010

Disadur dan digubah dari:

Nikmatilah Hidup Anda karya Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-Arifi. 2008. Penerjemah: Najib Junaidi, Lc. Pustaka Yasir, Surabaya. Judul asli: “Istamti’ bi hayatika;”.

0 komentar: