Rabu, 23 Juni 2010

Pergilah Dengan Wanita Pilihan Orang Tuamu ( Cerpen Perdanaku )

Seorang gadis sedang duduk santai di atap rumahnya, menikmati pemandangan sore hari, matahari mulai lingsir ke arah barat, awan merah dengan indahnya, angin sore yang melambaikan jilbab hitamnya. Dia merindukan kekasihnya, ingin sekali bertemu tetapi kekasihnya selalu sibuk. Dia bisa memaklumi, memang kekasihnya itu orangnya super sibuk.

"Ohh Tuhan... Kenapa aku merasakan keganjalan pada dirinya, sejak awal berjumpa perasaanku sudah tidak enak. " kata si gadis dengan penuh kecemasan.
Dia takut apa yang dikhawatirkan selama ini akan terjadi. Dia begitu menyayangi kekasihnya, dia ingin kekasihnya yang menjadi pelabuhan terakhir dihatinya. 1,5 bulan mereka menjalin kasih, tapi makin lama hubungan mereka semakin merenggang.


Malam harinya kekasihnya itu menghubungi gadis itu..
" Ukhti, kapan kita bisa ketemu ?? Aku ingin bicara serius padamu. Doakan saja semoga aku bisa menyampaikan semuanya padamu, tapi janji jangan marah padaku nanti. "
" Tergantung, kamu mau ngomong apa ?! "
perbincangan mereka tak lama, hanya beberapa menit saja. Kekasihnya langsung menutup telfon tanpa salam terlebih dahulu.


****


2 hari kemudian..
Seluruh keluarga besarnya berkumpul. Setiap sebulan sekali mereka mengadakan acara keluarga.
" Syifa, mana calonmu ? katanya mau dikenalin sama bapak ibu.. "
" Calon apa sih bulek ? Syifa belum punya calon.
" Tuh ibumu nyidam pengen mantu anak kyai. udah ga sabar katanya. "
" Ahh, bulek ni ada-ada saja. "

Syifa tersipu malu. Ingin rasanya mengatakan kepada ibunya bahwa dia sudah menemukan seseorang yang sesuai keinginan ibunya. Tapi Syifa tidak berani, karena dia takut tidak direstui hubungannya.


Syifa masih kepikiran kekasihnya, setiap telfon selalu membahas kuliahnya di luar negeri nanti. Syifa takut kehilangan dia nantinya. ada kata-kata dari sang kekasih yang membuat sakit hati Syifa,
" Ukhti, kalau aku pulang dari luar nanti aku ingin dicarikan jodoh saja sama ibuku. Aku pasrahkan semuanya sama beliau, pilihan ibuku pasti yang terbaik. ibuku sudah tau gimana seleraku, jadi ya nurut aja sama ibu. "
" Ohh, ya syukur deh. " hanya jawaban singkat yang keluar dari mulut Syifa, tetapi hatinya bagaikan disayat-sayat.
dalam hatinya bertanya, " apa dia ngga mikir ? aku ini pacarnya, kenapa dia tega bilang begitu dihadapanku ? maksudnya apa ? "
pertanyaan itu selalu menghantui Syifa setiap hari.


****

Seminggu kemudian Syifa dan kekasihnya berencana bertemu di sebuah masjid, tempat dimana mereka pertama kali bertemu. sejam kemudian kekasihnya datang, Syifa datang lebih awal. tanpa basa-basi kekasihnya menggandeng tangannya untuk pergi ke suatu tempat, Syifa merasa ada yang aneh dengan kekasihnya itu.


Kekasihnya terus memandang wajah Syifa, matanya berkaca-kaca. Syifa heran dengan sikapnya yang tiba-tiba aneh seperti itu.
" Kamu kenapa ? dari kemarin kamu aneh. "
" Aku mau mengatakan sesuatu sama kamu Syif. Kamu cinta banget ya sama aku " kekasihnya memandang dengan penuh keyakinan sambil memegang tangan Syifa.
" Aku ngga tau Akh. " tangan Syifa kedinginan, dia gugup.
" Ukhti, sayangku. Ayo jawab pertanyaanku, kamu sayang banget ya sama aku ?? "


Syifa hanya terdiam, perasaannya tidak enak. Pasti ada sesuatu yang akan disampaikan dan dia tidak mengetahuinya.
Perlahan dia mulai mejawab pertanyaan dari kekasihnya, " Iya, aku cinta banget sama kamu. " air mata Syifa jatuh membasahi pipinya
" Ukhti, katamu dulu kita harus mencintai pasangan kita biasa-biasa saja. tapi kenapa Ukhti yang ingkar ? jujur sebenarnya aku juga sayang banget sama Ukhti. Tapi gimana lagi, aku ngga bisa mencintai Ukhti dengan biasa. Aku ngga ingin berpisah sama Ukhti, tapi mau gimana lagi. "

Suasana pun berubah menjadi dingin, Syifa memandang kekasihnya dengan tatapan kosong. dia masih bertanya-tanya apa maksudnya berbicara seperti itu.

" Ukhti, terima kasih udah mau menerimaku untuk hadir di kehidupan Ukhti. Selama ini mungkin aku banyak salah sama kamu, kamu terlalu baik untukku. Biarkan orang lain yang lebih dari aku yang mendapatkan Ukhti. Aku ini tak lebih dari manusia kotor, tak layak aku mendampingi hidupmu Ukhti. "
" Maksudnya apa ?? Akhi ngomong apa sih ? " dia bertanya dengan sedikit berteriak, air matanya tak bisa ditahannya lagi.
" Ukhti, kita berteman saja ya. Aku janji sama kamu, tidak akan ada wanita sebelum aku lulus S3 nanti. Aku tetap sayang kamu Ukhti, kamu ada disini, dihatiku. dan aku ada disini, dihatimu juga. selamanya Ukhti, kamu akan ada disini meskipun ada oran lain yang hadir dikehidupanku. "



Syifa tak bisa menahan air matanya yang terus membasahi pipinya, dia shock mendengar kekasihnya berkata seperti itu. Harapan demi harapan hilang sudah tersapu air mata, harapan ibunya hilang begitu saja. Dulu kekasihnya dibangga-banggakan, sekarang kebanggaan itu hilang sudah tanpa sisa sedikit pun. Rasa cinta kepadanya hilang dengan datangnya sakit hati.


****



2 bulan sudah mereka berpisah, tapi mereka masih tetap berhubungan meskipun hanya lewat handphone. Syifa memang masih mencintai kekasihnya itu, tetapi perasaan itu tak mungkin lagi tumbuh. Sebenarnya kekasihnya itu juga masih mencintai Syifa, dia terpaksa melakukan ini karena orang tuanya sudah mencarikan calon istri untuknya. dan Syifa pun tidak mengetahui hal ini sama sekali, dia tidak ingin Syifa sakit hati.


Sesekali kekasihnya itu bertanya tentang keadaan Syifa kepada temannya, dia masih memberikan perhatiannya kepada Syifa. Saat dia susah, dengan senang hati dia membantu Syifa. Tetapi Syifa hanya menanggapi biasa-biasa saja. Dia tidak ingin mengingat masa lalunya yang pahit itu.



Beberapa hari kemudian, teman kekasihnya menelfon Syifa.
" Assalamu'alaikum Syifa, gimana kabarnya ? "
" Alhamdulillah baik, kamu Ren ?
" Sama baik juga. oh ya, gimana kabar Farhan ? masih saling contact khan ? "
" Masih Ren, tapi aku agak menjauh dari dia. "
" Lho, kenapa Syif ? bukannya kalian masih saling suka.. "
" Aku cuma ngga pengen merasakan sakit hati itu lagi. "
" Ohh, baguslah. Dia juga udah tunangan kok Syif.. "

Syifa shock mendengar Rendi menyampaikan berita itu, dia tidak menyangka ternyata kekasihnya Farhan yang dulu berjanji tidak akan mencari wanita satupun sebelum lulus S3 ternyata sudah punya tunangan. Badan Syifa lemas, air matanya mulai jatuh, rasanya nyawanya sudah dipangkal ubun-ubun.


" Haloo.. Haloo.. Syifaa ? "
" Kamu tau dari siapa Ren ?? "
" Dari Farhan. Dia kemarin ngomong sama aku. Kamu datang ngga ke acara tunangannya nanti ? Nanti kamu aku jemput.. "
" Gilaaa. kamu nyuruh aku datang ke acara mereka. Cari mati kamu Ren ?? Kamu pikir aku ngga sakit hati melihat semua itu ?? " dengan suara lantang Syifa membentak Rendi.
" Maaaf Syif, aku ga bermaksud kok. "


Telfon langsung ditutup begitu saja oleh Syifa. Dia menangis sekeras-kerasnya tanpa memperdulikan keadaan. Seketika tubuh Syifa menjadi lemas, kepalanya pusing, kakinya tak bisa digerakkan, matanya merah, hidungnya mengeluarkan darah. Ibunya yang mengetahui keadaan Syifa tersebut langsung memanggil ambulan. Seluruh keluarganya cemas dengan keadaan Syifa, tubuhnya dingin seperti es, bibirnya yang merah menjadi biru seketika.

Setelah diperiksa ternyata Syifa menderita Leukimia, dia tidak sadarkan diri selama berhari-hari. Kata dokter dia shock berat, tetapi keluarganya tidak tahu menahu dengan masalah yang dihadapi oleh Syifa. Karena Syifa orangnya pendiam, tidak pernah curhat dengan siapapun, terutama ibunya.


*****



4 hari kemudian...

Syifa akhirnya sadar, seluruh keluarganya tersenyum bahagia. Tetapi badan Syifa semakin hari semakin kurus, tak subur seperti dulu. Dulu badannya subur, terlihat segar, tetapi sekarang seperti tinggal tulang dan kulitnya saja.
Saat terbangun dia memanggil nama Farhan terus-menerus. Semua keluarganya kebingungan, siapa yang dimaksud Syifa itu?!


Esok harinya teman-teman Syifa menjenguknya. Teman-temannya miris melihat keadaan Syifa yang sekarang, tidak tega. Sahabatnya, Nadia terus menangis melihat Syifa yang tinggal tulang dan kulitnya saja. Rasanya yang terbaring disitu bukan Syifa, mereka seakan tidak percaya apa yang di lihat dihadapan mereka saat ini.
Syifa melambaikan tangan dan tersenyum dengan teman-temannya. Mereka pun membalas dengan lambaian tangan dan senyuman. Nadia, Rani, Tika, dan Lina tak bisa menahan air matanya. Teman mereka yang dulu lincah, kini terbaring tak berdaya dirumah sakit. Yang dulunya cantik, kini wajahnya keriput.



Nadia memberitahu Farhan dengan keadaan Syifa sekarang. dan dimana hari itu tepat pada hari bertunangannya Farhan dengan wanita pilihan orang tuanya. Teman-teman Syifa tidak mengetahui tentang ini semua bahwa Farhan sudah dijodohkan. Tanpa berfikir panjang, Nadia menelfon Farhan
" Farhan kamu dimana ?? Syifa sakit, udah seminggu lebih dia dirumah sakit. "
" Apa? Syifa sakit ?? MasyaAllah.. sakit apa Nad ??? "
" Kata ibunya dia mengidap leukimia stadium 4. Astaghfirullah, keadaannya sekarang memprihatinkan. " Nadia menangis
" Lalu apa yang harus aku lakukan Nad ?? "
" Kamu bisa jenguk dia ? Dari kemarin kata ibunya dia terus manggil nama kamu, sepertinya dia ingin sekali bertemu denganmu. "
" Tapi Nad, aku ngga bisa kalau sekarang. aku sibuk, lagi ada acara keluarga. " Farhan tidak mengaku bahwa dirinya hari itu ada acara tunangan.
" Aku ngga mau tahu, sesibuk apapun kamu harus tetap pergi kesini. Kalau kamu tidak pergi sekarang juga, kamu akan menyesal seumur hidupmu, Farhan. " Nadia sedikit memaksa karena dia tahu umur Syifa tidak lama lagi.


Tanpa berfikir panjang, Farhan kabur di acara pertunangannya itu. dia kabur lewat jendela, dia merelakan semuanya demi Syifa yang dicintainya. 5 jam perjalanan Farhan tempuh menuju kota Jogja, dia terus berdoa di sepanjang perjalanan. Dia menangis, menyesal telah menyakiti hati Syifa dengan orang lain. Sesampai di terminal, Farhan langsung menuju rumah sakit. Dia turun dari taksi dan bergegas masuk ke dalam, dia mencari-cari kamar yang dimaksud Nadia tadi.


Farhan melihat segerombolan orang diluar, semua yang ada disitu melihat ke arah Farhan. Dia yang masih mengenakan kemeja, jas, dasi, dan sepatu menjadi sorotan orang-orang diisitu. Nadia langsung membawa Farhan ke dalam, dan Farhan pun melihat Syifa terbaring lemah disitu.
Farhan menangis sekuat-kuatnya, merasa berdosa dengan apa yang telah dia lakukan terhadap Syifa selama ini. Syifa yang dulu dia kenal, wajahnya cantik, badannya subur, kulitnya mulus, matanya indah, bibirnya yang merah, yang dulunya lincah dan periang, kini menjadi keriput, tubuhnya kurus, matanya sipit, bibirnya berubah biru, sekarang terbaring lemah di atas kasur.


" Ya Allah, Syifa. Ukhti, inikah kamu ? Masya Allah... " Farhan tak kuasa melihat keadaan Syifa.
" Iya, ini aku. kenapa ? aku tidak secantik dulu kan ? Aku sekarang lemah tak berdaya, ini Syifa yang sekarang bukan yang dulu lagi. Kamu kenapa menangis ? Tak perlu ada yang ditangisi, ini sudah menjadi takdirku. " Syifa berbicara sedikit terbata-bata.
" Ukhti, maafkan aku. Selama ini aku hanya merepotkanmu, membuatmu susah. Kehadiranku sungguh tidak berarti Ukhti. "
" Aku sudah memaafkanmu, sudah jangan di ungkit lagi kisah kita yang dulu. Kenapa kamu kesini ? siapa yang memberitahumu ? Bukankah hari ini kamu bertunangan ? "

Nadia dan semua teman-temannya kaget mendengarnya.

" Aku diberitahu Nadia. Aku kesini kabur Ukhti, mereka tidak tahu kalau aku kabur. Ini bukti bahwa aku masih mencintaimu Ukhti. Aku masih mencintaimu, sungguh. "
" Akhi, tak perlu kamu melakukan hal bodoh seperti ini. Tak ada lagi cinta kita, tak ada lagi kisah manis kita. Sekarang tinggal kenangan, kamu sudah menemukan jodohnya. Kejarlah, Pergilah dengan wanita pilihan orang tuamu. Jangan kau kecewakan dia, bahagiakan dia, jagalah dia, nasehati dia, berikan rasa cintamu kepadaku untuknya, bimbing dia. " Syifa memohon sambil memegang tangan Farhan.


Farhan hanya bisa menangis, tak bisa berkata apa-apa lagi. Hanya mengangguk tanda mengiyakan permohonan dari Syifa.
Syifa meminta agar seluruh keluarga dan teman-temannya berkumpul disitu. Kata terakhir yang diucapkan Syifa untuk Farhan hanya, " Aku mencintaimu karena Allah, Akhiku. "
Farhan terus menangis, dan menuntunnya agar mengatakan syahadat. Syifa pun mengikuti, semua yang berada dalam ruangan tak kuasa menahan air matanya, terutama ibu dan bapaknya.


Perlahan nyawa Syifa ditarik oleh Sang pencabut nyawa, mulai dari kaki, perut, dada, tenggorokan, kemudian ubun-ubun. dan akhirnya masa hidup Syifa berakhir disini. Keinginan untuk bertemu Farhan sudah terwujud, dia bisa tenang di alamnya nanti. Syifa meninggal dengan wajah tersenyum, wajahnya berseri-seri.



Sekian..





~ Sang Pengagum Pena ~